Bila China punya Great Wall of China, maka Kabupaten Agam, Sumatra Barat punya Janjang Saribu. Ada banyak kisah yang tersaji dari Janjang Saribu dari kisah perjuangan era kolonial sampai perjuangan menempuh pendidikan.
Janjang Saribu kerap mendapat julukan The Great Wall of Koto Gadang. Tentu sebutan itu tidak lepas dari Great Wall of China yang membentang sepanjang 8.851 km. Bedanya, janjang ini panjangnya hanya sekitar 1 km.
Saat peresmian tempat wisata itu pada 2013, Bupati Agam kala itu Indra Catri, menyebut Janjang Saribu di Nagari Koto Gadang Kecamatan IV Koto adalah jalan kenangan.
Sebelum deretan anak tangga itu dibuat, tangga yang awalnya terbuat dari bambu merupakan jalan bagi para anak sekolah era 1970-1980-an menuju Bukittinggi.
Jauh sebelum itu, saat zaman kolonial, Janjang ini awalnya dikenal dengan sebutan Janjang Bantuang karena masih terbuat dari tanah dengan alat penopang batuang atau bambu.
Sebagaimana dilansir dari laman indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, disebutkan masyarakat tradisional yang mendiami pemukiman di puncak Bukit Apit menggunakan Janjang Saribu sebagai akses saat hendak mengambil air dan pasir di dasar ngarai.
Kini, tembok beton panjang sudah memanjang menghubungkan Agam dengan Bukittinggi. Sebuah jembatan gantung bernama Jembatan Merah telah melengkapi sisi tengah rute wisata itu.
Di puncak ngarai janjang juga terdapat pondok untuk istirahat. Di beberapa lokasi juga sudah disediakan pos-pos yang bisa digunakan wisatawan untuk istirahat.